Skip to main content

Benarkah Film X-Men: Dark Phoenix Jelek? (SPOILER ALERT)

Film ini telat tayang di Indonesia, karena di US sudah tayang sejak 7 Juni 2019. Mungkin karena faktor hari lebaran di Indonesia yang membuat jadwalnya diundur.

Premierenya sendiri sebenarnya sudah tayang di Indonesia sekitar tanggal 8 Juni, tapi saya tidak sempat nonton karena hanya ditayangkan di bioskop tertentu yang jauh dari rumah, dan saya sendiri masih sibuk dengan acara keluarga, jadilah saya harus sedikit bersabar karena tidak bisa nonton premierenya.

Waktu itu seorang teman yang sudah nonton premierenya memberitahu di grup WA bahwa filmnya biasa saja. Belum lagi review buruk dari Rotten Tomatoes dan beberapa blog reviewer di luar negeri yang mengatakan film ini mengecewakan, ditambah lagi dengan anjloknya pendapatan opening film ini, membuat saya tidak memasang ekspektasi tinggi untuk menontonnya. Apalagi film ini seolah tenggelam oleh hype Avengers: Endgame yang meskipun sudah berlalu tapi masih dibicarakan orang.

Tibalah hari Jumat tanggal 14 Juni dimana film ini akhirnya tayang secara resmi di Indonesia, dan saya baru bisa nonton yang jam 14.25 di Ubertos XXI Bandung, karena jam tayang pertama jam 12.00 bertepatan dengan waktu sholat Jumat, jelas kita tidak boleh mengorbankan sholat Jumat demi nonton film hehehe.

Dan setelah menyaksikan filmnya secara keseluruhan, saya harus mengatakan bahwa saya berbeda pendapat dengan para reviewers yang mengatakan film ini mengecewakan bahkan gagal. Menurut saya film ini justru underrated, bagus banget, bahkan di satu sisi lebih seru daripada Avengers: Endgame.

Penyutradaraan film ini dianggap buruk, tapi menurut saya tidak. Dialog dan akting pemain juga menurut saya bagus, meskipun ada yang bilang jelek dan membosankan. Saya pribadi malah menikmati setiap adegan dan dialognya, apalagi ada quote-quote yang memotivasi dan mencerahkan, seperti misalnya ketika Jean kecil bertanya pada Charles, "Do you think you can fix me too?"

Yang dijawab oleh Charles dengan, "No. No. Because you are not broken..."

Mystique jadi terkesan kurang sangar di sini

Tentu saja film ini tidak lepas dari kekurangan, make up Mystique yang berubah warna jadi lebih terang bahkan terkesan seperti foundation yang kurang tebal adalah salah satu kekurangannya. Tetapi secara keseluruhan efek CGI sangat apik, adegan pertempuran pun cukup seru. Bahkan saya lebih menikmati adegan pertempuran di film Dark Phoenix daripada Avengers: Endgame. Mungkin karena di Endgame terlalu banyak tokoh dan final battlenya adalah perang massal, sedangkan di film Dark Phoenix ini tokohnya lebih sedikit sehingga porsi pertarungan tiap tokoh X-Men pun lebih banyak dan lebih menarik.

Tapi bagi anda penggemar Quicksilver, anda mungkin akan kecewa karena porsinya di film ini sangat kecil, dia hanya beraksi di dua scene saja, yaitu saat menyelamatkan astronot dan saat berusaha melawan Jean di tengah film. Selebihnya dia tidak tampil karena cedera, dan tidak ikut terlibat dalam final battle.

Film ini berlangsung dalam tempo cukup cepat, dan mungkin inilah salah satu yang menyebabkan kekecewaan sebagian orang yang menontonnya, karena tempo cepat ini menyebabkan beberapa karakter tidak berkembang. Contoh paling jelas adalah Vuk yang diperankan Jessica Chastain, menurut sebagian orang seharusnya dia bisa dikembangkan menjadi villain yang sangat berbahaya, tetapi di film ini perannya tidak begitu banyak dan tampak hanya sebagai alien biasa yang ingin menguasai bumi dan bisa dikalahkan dengan mudah oleh Jean.

Jean dan Vuk

Kekecewaan lain mungkin karena dalam film ini Charles Xavier seperti kehilangan sisi kebijaksanaannya, dia jadi terkesan egois, dan menjadi pihak yang disalahkan oleh Raven dan Hank, sehingga dia akhirnya menyalahkan diri sendiri dan merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada Jean.

Mungkin ada fans X-Men yang kecewa dengan hal ini, tapi menurut saya pribadi perubahan sifat Charles ini sangat mungkin terjadi, karena dia manusia biasa yang sedang bertumbuh. Apalagi dia masih muda saat itu, sifat egois sangat mungkin muncul, walaupun menurut Charles ketika dia berdebat dengan Raven a.k.a Mystique, Charles berdalih bahwa egonya itu adalah untuk menyelamatkan para mutant, karena dia lebih suka mutant dikenal sebagai pahlawan daripada dianggap sebagai ancaman.

Tapi sebagian penonton mungkin mempersepsikannya berbeda, karena itulah muncul pendapat yang mengatakan bahwa di sini justru Mystique yang bermoral, sedangkan Charles egois.

Saya melihat film ini seperti drama psikologi yang dibungkus dalam genre superhero. Menurut saya film ini cukup emosional. Malah porsi drama dan actionnya sangat seimbang serta memuaskan hati.

Adegan pertarungan para mutant pimpinan Charles Xavier melawan para mutant pimpinan Magneto di New York menurut saya seru. Storm, Scott, Hank, Nightcrawler mendapatkan porsi adegan pertarungan yang cukup seimbang. Selain itu adegan pertempuran di kereta dan final battlenya juga seru bahkan cukup memorable. Dan menurut saya Magneto di film ini keren banget.

Sophie Turner berhasil memerankan Jean Grey dengan sisi Dark Phoenixnya, bahkan lebih baik dari Famke Janssen di film X-Men: Last Stand. Walaupun menurut sebagian orang justru film ini tidak menampilkan sisi Dark Phoenix yang sebenarnya, karena Jean tidak berubah wujud menjadi bentuk burung Phoenix seperti di komik. Tapi kita harus mengapresiasi ide sutradara dan penulis cerita yang punya ide berbeda dan mungkin ingin menampilkan sisi lebih humanis dari para mutant ini.

Akhir film yang memperlihatkan Charles pensiun dari X-Men pun bisa jadi penyebab kecewanya para fans X-Men karena menurut mereka seharusnya tidak seperti itu ceritanya sehingga sang sutradara Simon Kinberg dianggap gagal mengembangkan cerita X-Men. Tapi sang sutradara menurut saya sudah berusaha keras membuat film penutup yang terbaik, karena seperti yang kita ketahui ini adalah film X-Men terakhir besutan FOX, karena FOX sudah dibeli oleh Disney dan nantinya X-Men katanya akan masuk ke MCU.

Jadi ending film ini pastinya sudah dipikirkan baik-baik. Dan menurut saya ending seperti ini wajar saja bahkan cukup mengharukan, apalagi Charles kembali berteman baik dengan Magneto di akhir film. Kalau berharap cerita yang lebih baik siapa tahu nanti Marvel bisa membuat yang lebih menarik dan sesuai harapan fans jika film ini masuk MCU entah itu dengan aktor dan aktris baru ataupun mempertahankan pemain lama. Tapi selain Sophie Turner, yang patut dipuji dalam film ini adalah akting James McAvoy dan Michael Fassbender yang sudah melekat kuat dengan karakter Professor X dan Magneto.

Overall bagi saya pribadi film ini seru dan memuaskan hati sehingga saya berikan skor 8.5/10 untuk cerita, fight scene, CGI, dan tentunya musik score yang apik dari Hans Zimmer yang membuat adegan final battle menjadi epic, dan membuat saya betah menunggu credit title habis sambil mendengarkan musik soundtrack ini meskipun jelas-jelas tidak ada post credit scene di film ini.

Ini hanya pendapat saya dan bisa jadi berbeda dengan anda :)

Comments

Popular posts from this blog

Review Terapi Oxybaric Steve Sugita Cikiray Sukabumi

Postingan ini ada di blog yang lain, silahkan klik saja judulnya, anda akan diarahkan ke blog yang baru. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Aku Suka Jengkol - Rockgenic